Thursday, February 9, 2017

Toxoplasma pada kucing / toxoplasmosis

Toxoplasma pada kucing / toxoplasmosis
a.      Etiologi
Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler obligat yang dapat menginfeksi semua hewan berdarah panas, termasuk manusia. Kucing domestik dan Felidae yang lainnya merupakan hospes definitif yang mengeluarkan oosit. Selain itu merupakan hospes intermediet dimana terdapat sista pada jaringan. Terdapat beberapa stadium infeksius T. Gondii, yaitu sporozoit dalam oosista, takizoit (actively multiplying stage) dan bradizoit yang tertutupi sista. Oosit diekresikan dalam feses, sedangkan takizoit dan bradizoit terdapat dalam jaringan (Gillespie & Pearson, 2001).
Penjangkitan toxoplasma dapat berasal dari daging atau air yang terkontaminasi. Toxoplasma gondii dapat bertahan dalam air laut ± 6 bulan pada kisaran temperatur antara 4 – 24o C (Gillespie & Pearson, 2001).

b.      Patogenesis
Kucing dapat terinfeksi dengan memakan hospes intermediet atau air yang terkontaminasi. Bradizoit dikeluarkan dalam lambung dan intestin dari sista karena dinding sista dilarutkan oleh enzim pencernaan. Bradizoit menembus sel epitel usus halus dan menginisiasi stadium aseksual (Gillespie & Pearson, 2001).
Terdapat dua bentuk aseksual, yaitu bradizoit yang berkembang lambat dan berbentuk sista kebanyakan berada di otot dan otak. Bentuk lain adalah takizoit yang dapat menginvasi semua tipe sel dan berkembang sangat cepat serta menyebabkan kematian sel. Sista dalam jaringan tidak menyebabkan inflamasi dan kemungkinan hanya sedikit berefek terhadap fungsi sel hingga bradizoit dikeluarkan yang dapat berubah menjadi takizoit dan menyebabkan nekrosis dan inflamasi. Reaktivasi bradizoit dari sista bertanggung jawab untuk kebanyakan penyakit immunosuppres pada hospes (Gillespie & Pearson, 2001).
Bentuk seksual yaitu oosista hanya terdapat kucing, sedangkan bentuk aseksual yaitu bradizoit dan takizoit berada dalam semua hospes intermediet. Siklus seksual terjadi di epitel superfisial usus halus kucing. Oosista yang terdapat dalam feses kucing terinfeksi tahan terhadap proses pengeringan dan panas. Oosista yang ada di tanah dapat mengkontaminasi kulit dan kemungkinan termakan atau terdapat pada sayuran mentah yang tidak dicuci. Oosista membutuhkan ekspos ke udara setelah feses kucing berada di tanah setidaknya 12 jam tetapi membutuhkan beberapa hari untuk menyelesaikan sporulasi (Gillespie & Pearson, 2001).

c.       Gejala klinis
Pada kucing yang terinfeksi toxoplasma biasanya terjadi demam. Gejala klinis seperti dypsnoe, polipnea, ikterus dan gangguan abdominal lainnya pernah dilaporkan pada kucing. Lesi besar atau mikroskop sering ditemukan pada organ terutama paru – paru. Lesi besar dalam pulmo terdiri dari oedema dan kongesti, area multifokal berwarna putih atau kuning. Nekrosis pada hati juga dapat terjadi kemudian lesi besar bercampur dengan nekrosis dapat diobservasi pada nodus lipatikus mesenterika dan pankreas. Selain itu lesi okular umumnya terdapat pada kucing terinfeksi toxoplasma seperti midriasis, hemoragi retina, atropi retina, reflek pupil lemah (Bowman et al, 2002).

d.      Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan uji serologis untuk mengukur titer IgG dan IgM, dapat dilakukan dengan tes ELISA, Acetone Fixed, Indirect Hemmagglutination test dll. Hasil positif IgM dengan negatif IgG mengindikasikan infeksi aktif.

Wednesday, January 4, 2017

Penyakit Reproduksi Kucing, Prolaps Uteri


Prolaps uteri jarang terjadi pada kucing. Biasanya muncul selama proses kelahiran atau setelah 48 jam berikutnya, waktu kelahiran yang panjang atau abortus (Ozyurtlu dan Kaya, 2004). Prolaps bisa terjadi keseluruhan uteri dengan kedua kornu keluar dari vulva atau terbatas dengan korpus atau salah satu kornu saja (Deroy et al., 2015). Prolaps sebagian atau seluruh uteri kucing sudah dilaporkan pada induk-induk yang usianya berkisar dari 10 bulan hingga 6 tahun (Junaidi, 2013). Diagnosa dilakukan dengan inspeksi prolaps uteri, palpasi masa tubular padat yang menonjol dari vulva setelah proses kelahiran, dan apabila dilakukan USG pada abdominal tidak bisa mengidentifikasi keberadaan uteri (England dan Heimendahl, 2010 ; Junaidi, 2013). Induk-induk yang terlihat sepintas normal, kecuali adanya prolaps, sedang induk-induk yang terlihat 6-28 jam sesudah prolaps adalah anoreksik, tertekan, dan memperlihatkan tanda-tanda terguncang (Johnston, 2001). Terapi terdiri dari reduksi manual dan mengembalikan uteri di bawah anestesi umum atau epidural jika uteri nampak sehat dan terang. Sejumlah kucing mungkin memerlukan laparotomi dengan manipulasi internal maupun eksternal jaringan untuk melaksanakan reduksi. Ovariohisterektomi dianjurkan ketika terdapat kerusakan jaringan ekstensif (Junaidi, 2013).

Sumber :
Deroy, Claire., Bismuth, Camile., Caruzzo, Claude. 2015. Management of a Complete Uterine Prolapse in a Cat. Journal of Feline Medicine and Surgery Open Reports 1-4. DOI: 10.1177/2055116915579681
England, Gary., dan Angelika von Heimendahl. 2010. BSAVA Manual of Canine and Feline Reproduction and Neonatology. UK; BSAVA
Johnson, Cheri A., Flanders, J.A., Davidson, A.P., Del Piero, F., Memon, M.A., Rosenthal, RC., Seguin,, B.E. 2011. The Gonads and Genital Tract of Cats. The Merck Manual Pet Health Edition
Junaidi, Aris. 2013. Reproduksi dan Obstetri pada Kucing. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press
Ozyurtlu, Nhat dan Duygu Kaya. 2004. Unilateral Uterine Prolapse in a Cat. Turk J Vet Anim 29 (2005) 941-943

Sunday, January 1, 2017

Penyakit telinga kucing : Ear mites pada kucing / anjing

Penyakit telinga kucing : Ear mites pada kucing / anjing


Ear mites pada kucing sering disebabkan oleh ektoparasit Otodectes cynotis. Ektoparasit ini dapat menyebabkan penyakit radang telinga baigna luar atau otitis eksterna pada kucing. Ektoparasit lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna yaitu Demodex spp, Neotrombicula autumnalis atau kutu seperti Otobius megnini. O. cynotis ini hidup di permukaan kulit dan memakan cairan jaringan dan debris. Hewan yang terinfeksi akan merasa gatal dan dapat menyebabkan iritasi. Saliva nya bersifat iritant dan immunogenic sehingga kucing akan merangsang IgE like antibodi, yang akan menyebabkan timbulnya gatal. Bagi kucing / anjing dengan penyakit autoimun maka antigen dari ear mite ini dapat menyebabkan aural hematoma.
Siklus hidup
Betina bertelur di permukaan epidermal, menetas menjadi larva berkaki enam dan berkembang menjadi protonymphs berkaki delapan dan deutonimphs. siklus hidupnya berlangsung selama tiga minggu. kontak dengan hospes yang terinfeksi merupakan jalur transmisi utama.
Gejala klinis
Hewan muda lebih rentan terinfeksi ear mites. O.cynotis berhubungan dengan 3 syndrome (otitis eksterna, ectopic infection, asymptomatic carriage).
   1. Otitis eksterna
 Selain pruritus juga menyebabkan adanya kotoran berwarna hitam atau coklat. Biasanya kucing akan  menggaruk bagian yang gatal dan akan menimbulkan luka biasanya di bagian kepala.
2 2.  Ectopic infection
 Terdapat crusted papules, patchy alopecia.
a. crusted papules (sumber:google)

b. patchy alopecia (sumber:google)


3   3.  Asymptomatic infection
  Biasa terjadi pada kucing tua tidak muncul gejala klinis.

Treatment
Topical monosulfiram, Topical thiabendazole, Topical rotenone, Sistemik ivermectin, Selamectin, fipronil.
Apabila kotoran telinga terlalu banyak maka bersihkan telinga dengan larutan ceruminolytic.. apabila terjadi ectopic infection maka permukaan tubuh yang terkena juga harus diberikan antiparasit yang tepat. Karena ada kemungkinan agen penyakit tetap bertahan di lingkungan, maka seluruh bagian rumah ikut dibersihkan.

Selain dari O. cynotis ektoparasit lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna yaitu Demodex canis, D. felis, D. gatoi, harvest mites seperti Neutrombicula autumnalis dan  Eutrombicula alfredugesi, kutu (ticks) seperti Otobius megnini. Perbedaan agen penyebab otitis eksterna ini memiliki cara pengobatan yang berbeda pula, maka untuk dapat memberikan pengobatan yang lebih efektif maka sebaiknya diketahui agen penyebabnya terlebih dahulu.

Sumber :

Harvey, R.G., Harari, J., Delauche, A.J. 2001. Ear Disease of the Dog and Cat. UK; Manson Publishing