a. Etiologi
Toxoplasma
gondii merupakan
parasit intraseluler obligat yang dapat menginfeksi semua hewan berdarah panas,
termasuk manusia. Kucing domestik dan Felidae yang lainnya merupakan hospes
definitif yang mengeluarkan oosit. Selain itu merupakan hospes intermediet
dimana terdapat sista pada jaringan. Terdapat beberapa stadium infeksius T. Gondii, yaitu sporozoit dalam
oosista, takizoit (actively multiplying
stage) dan bradizoit yang tertutupi sista. Oosit diekresikan dalam feses,
sedangkan takizoit dan bradizoit terdapat dalam jaringan (Gillespie &
Pearson, 2001).
Penjangkitan toxoplasma dapat berasal dari daging atau air yang terkontaminasi. Toxoplasma gondii dapat bertahan dalam
air laut ± 6 bulan pada kisaran temperatur antara 4 – 24o C
(Gillespie & Pearson, 2001).
b. Patogenesis
Kucing dapat terinfeksi dengan
memakan hospes intermediet atau air yang terkontaminasi. Bradizoit dikeluarkan
dalam lambung dan intestin dari sista karena dinding sista dilarutkan oleh
enzim pencernaan. Bradizoit menembus sel epitel usus halus dan menginisiasi
stadium aseksual (Gillespie & Pearson, 2001).
Terdapat dua bentuk aseksual,
yaitu bradizoit yang berkembang lambat dan berbentuk sista kebanyakan berada di
otot dan otak. Bentuk lain adalah takizoit yang dapat menginvasi semua tipe sel
dan berkembang sangat cepat serta menyebabkan kematian sel. Sista dalam
jaringan tidak menyebabkan inflamasi dan kemungkinan hanya sedikit berefek
terhadap fungsi sel hingga bradizoit dikeluarkan yang dapat berubah menjadi
takizoit dan menyebabkan nekrosis dan inflamasi. Reaktivasi bradizoit dari
sista bertanggung jawab untuk kebanyakan penyakit immunosuppres pada hospes
(Gillespie & Pearson, 2001).
Bentuk seksual yaitu oosista
hanya terdapat kucing, sedangkan bentuk aseksual yaitu bradizoit dan takizoit
berada dalam semua hospes intermediet. Siklus seksual terjadi di epitel
superfisial usus halus kucing. Oosista yang terdapat dalam feses kucing
terinfeksi tahan terhadap proses pengeringan dan panas. Oosista yang ada di
tanah dapat mengkontaminasi kulit dan kemungkinan termakan atau terdapat pada
sayuran mentah yang tidak dicuci. Oosista membutuhkan ekspos ke udara setelah
feses kucing berada di tanah setidaknya 12 jam tetapi membutuhkan beberapa hari
untuk menyelesaikan sporulasi (Gillespie & Pearson, 2001).
c. Gejala
klinis
Pada kucing yang terinfeksi
toxoplasma biasanya terjadi demam. Gejala klinis seperti dypsnoe, polipnea,
ikterus dan gangguan abdominal lainnya pernah dilaporkan pada kucing. Lesi
besar atau mikroskop sering ditemukan pada organ terutama paru – paru. Lesi
besar dalam pulmo terdiri dari oedema dan kongesti, area multifokal berwarna
putih atau kuning. Nekrosis pada hati juga dapat terjadi kemudian lesi besar
bercampur dengan nekrosis dapat diobservasi pada nodus lipatikus mesenterika
dan pankreas. Selain itu lesi okular umumnya terdapat pada kucing terinfeksi
toxoplasma seperti midriasis, hemoragi retina, atropi retina, reflek pupil
lemah (Bowman et al, 2002).
d. Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan
uji serologis untuk mengukur titer IgG dan IgM, dapat dilakukan dengan tes
ELISA, Acetone Fixed, Indirect Hemmagglutination test dll. Hasil positif IgM
dengan negatif IgG mengindikasikan infeksi aktif.